Sebuah peta baru tentang lima samudera dunia mengungkap negara-negara yang bertanggung jawab atas tumpukan sampah terapung di seluruh samudera dunia tersebut.
Model baru pemetaan samudera di seluruh dunia yang dipublikasikan di Jurnal Chaos, Selasa (2/9/2014), misalnya menunjukkan jalur sampah antara Hawaii dan California yang dipenuhi bahan-bahan plastik, limbah kimia, dan sampah lainnya, terbentuk oleh pusaran di Pasifik Utara.
Menurut para ilmuan, empat pusaran yang membentuk tumpukan sampah lainnya juga terdapat di Samudera Hindia, Atlantik Utara, Atlantik Selatan, dan Pasifik Selatan.
Laporan ini menjelaskan bahwa menurut akal sehat, tumpukan sampah di lokasi tertentu misalnya di Pasifik Utara, tentu saja berasal dari negara-negara di sekitar samudera tersebut.
Namun menurut pakar kelautan Dr Erik van Sebille dari University of New South Wales, Australia, persoalannya tidak seserdahana itu khususnya untuk belahan Bumi selatan.
"Selama ini pemetaan samudera sangat artifisial," kata Dr van Sebille kepada ABC Australia. "Para ahli geografi selama ini hanya membuat batas samudera tanpa memikirkan bagaimana perputaran air laut yang sebenarnya."
Dr van Sebille dan dua rekannya ahli matematika telah mengembangkan model baru arus samudera dunia yang didasarkan atas apa yang disebut sebagai "ergodic theory", yang digunakan dalam analisa sistem interkoneksi.
"Kami meneliti daerah tangkapan dari setiap jalur sampah di samudera," jelasnya.
Sampah-sampah yang mereka temukan di permukaan laut itu ternyata bergerak sangat berbeda dari perkiraan selama ini.
Misalnya, kata Dr van Sebille, secara tradisional samudera di sebelah barat Tasmania selama ini dikenal sebagai Samudera Hindi dan di sebelah timur dikenal sebagai Samudera Pasifik.
"Pembatasan seperti itu sama sekali tidak berguna di lapangan," ujarnya.
Dikatakan, jika seseorang membuang sampah di kawasan Great Australian Bight - suatu kawasan pantai di Australia Selatan dan sebagian Victoria yang secara tradisional masuk dalam wilayah Samudera Hindia, maka kemungkinan besar sampah tersebut akan berakhir justru di Samudera Pasifik.
Contoh lainnya, meskipun Madagascar, Afrika Selatan, dan Mozambique berbatasan dengan dengan Samudera Hindia, namun sampah-sampah dari negara itu kemungkinan besar akan berakhir justru selatan Samudera Atlantik.
Dengan model pemetaan baru ini, kata Dr van Sebille, kita bisa menentukan dari mana sumber tumpukan sampah di lokasi tertentu di samudera.
"Namun kita tidak akan dapat menentukan jumlah sampah yang mereka buang, tapi kita bisa tahu dari mana sampah itu berasal," jelasnya.
Sumber: www.detikNews.com
Model baru pemetaan samudera di seluruh dunia yang dipublikasikan di Jurnal Chaos, Selasa (2/9/2014), misalnya menunjukkan jalur sampah antara Hawaii dan California yang dipenuhi bahan-bahan plastik, limbah kimia, dan sampah lainnya, terbentuk oleh pusaran di Pasifik Utara.
Menurut para ilmuan, empat pusaran yang membentuk tumpukan sampah lainnya juga terdapat di Samudera Hindia, Atlantik Utara, Atlantik Selatan, dan Pasifik Selatan.
Laporan ini menjelaskan bahwa menurut akal sehat, tumpukan sampah di lokasi tertentu misalnya di Pasifik Utara, tentu saja berasal dari negara-negara di sekitar samudera tersebut.
Namun menurut pakar kelautan Dr Erik van Sebille dari University of New South Wales, Australia, persoalannya tidak seserdahana itu khususnya untuk belahan Bumi selatan.
"Selama ini pemetaan samudera sangat artifisial," kata Dr van Sebille kepada ABC Australia. "Para ahli geografi selama ini hanya membuat batas samudera tanpa memikirkan bagaimana perputaran air laut yang sebenarnya."
Dr van Sebille dan dua rekannya ahli matematika telah mengembangkan model baru arus samudera dunia yang didasarkan atas apa yang disebut sebagai "ergodic theory", yang digunakan dalam analisa sistem interkoneksi.
"Kami meneliti daerah tangkapan dari setiap jalur sampah di samudera," jelasnya.
Sampah-sampah yang mereka temukan di permukaan laut itu ternyata bergerak sangat berbeda dari perkiraan selama ini.
Misalnya, kata Dr van Sebille, secara tradisional samudera di sebelah barat Tasmania selama ini dikenal sebagai Samudera Hindi dan di sebelah timur dikenal sebagai Samudera Pasifik.
"Pembatasan seperti itu sama sekali tidak berguna di lapangan," ujarnya.
Dikatakan, jika seseorang membuang sampah di kawasan Great Australian Bight - suatu kawasan pantai di Australia Selatan dan sebagian Victoria yang secara tradisional masuk dalam wilayah Samudera Hindia, maka kemungkinan besar sampah tersebut akan berakhir justru di Samudera Pasifik.
Contoh lainnya, meskipun Madagascar, Afrika Selatan, dan Mozambique berbatasan dengan dengan Samudera Hindia, namun sampah-sampah dari negara itu kemungkinan besar akan berakhir justru selatan Samudera Atlantik.
Dengan model pemetaan baru ini, kata Dr van Sebille, kita bisa menentukan dari mana sumber tumpukan sampah di lokasi tertentu di samudera.
"Namun kita tidak akan dapat menentukan jumlah sampah yang mereka buang, tapi kita bisa tahu dari mana sampah itu berasal," jelasnya.
Sumber: www.detikNews.com
0 komentar:
Post a Comment