Sebuah penemuan baru yang berkaitan dengan adanya harta karun mineral di Afghanistandikemukakan oleh Ilmuwan Amerika Serikat. Jumlahnya tergolong sangat besar di dunia. Tim ilmuwan geologi AS mengatakan potensi sumber daya mineral Afganistan bernilai hampir US$1 triliun sekitar Rp11.700 triliun.
Dilansir Live Science, Jumat 5 September 2014, kesimpulan taksiran nilai energi mineral itu disampaikan tim survei Geologi Amerika (USGS) yang telah menyurvei harta karun perut bumi Afganistan itu sejak 2006 lalu.
Peneliti AS menyurvei melalui misi udara untuk melihat magnet, gravitasi Afganistan. Survei magnetik menyelidiki mineral besi tanah hingga kedalaman 10 Km di bawah permukaan tanah. Sementara survei gravitasi mencoba mengidentifikasi cekungan sedimen penuh yang berpotensi kaya minyak dan gas.
Survei dilaporkan menemukan spektrum cahaya yang dipantulkan dari batu, yang menunjukkan adanya identifikasi unik untuk setiap mineral. Peneliti hanya butuh waktu dua bulan untuk meneliti 70 persen wilayah Afganistan.
Hasil survei tim Amerika ini diverifikasi dengan semua temuan Uni Soviet. Beberapa dekade lalu, Uni Soviet memang menjadi sekutu bagi Afganistan. Hasilnya Afganistan memiliki 60 juta ton tembaga, 2,2 miliar ton biji besi, 1,4 juta ton elemen langka seperti lantanum, cerium dan neodvmium, alumunium, emas, perang, besi, merkuri dan lithium.
Di salah satu provinsi yaitu Helmand, itu saja ditemukan kandungan karbonat Khanneshin senilai US$89 miliar.
"Afganistan adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya mineral. Kami telah mengidentifikasi potensi setidaknya deposit mineral 24 kelas dunia," ujar Jack Medlin, seorang ahli geologi dan manajer program proyek USGS Afghanistan.
Pada 2010, data USGS itu menarik perhatian Gugus Tugas Bisnis dan Operasi Stabilitas Departemen Pertanahan AS (TFBSO). Taksiran lembaga pertahanan itu, Afganistan memiliki nilai sumber daya mineral US$908 miliar, sementara prakiraaan Pemerintah Afganistan nilai mencapai US$3 triliun.
Selanjutnya dalam 4 tahun terakhir, USGS dan TFBSO memulai penilaian lanjut atas kandungan mineral. Untuk kali ini penelitian dilakukan langsung di daratan, bukan dari udara.
Sejauh ini diketahui, Pemerintah Afganistan telah menandatangani kontrak 30 tahun dengan perusahaan pertambangan negara milik Tiongkok, China Metallurgical Group. BUMN Tiongkok itu mengeksploitasi cadangan tembaga di kawasan Mes Aynak.
Dengan kekayaan itu, Said Mirzad, Koordinator program USGS Afganistan mengatakan, sebenarnya Afganistan bisa keluar dari predikat negara miskin dan bisa digunakan untuk memerangi kejahatan dan terorisme.
Meski memiliki nilai pertambangan yang menggiurkan, tapi tak mudah untuk menambang di negeri Timur tengah itu. Faktor keamanan menjadi salah satu pertimbangan utama. Sebagaimana diketahui, usai perang Taliban dengan AS pada 2003 lalu, situasi politik Afganistan tak menentu. Masih sering terjadi konflik sosial.
Tantangan lainnya kurangnya infrastruktur akses ke pertambangan misalnya rel kereta, jalan dan air.
Sumber: VIVA.co.id
Dilansir Live Science, Jumat 5 September 2014, kesimpulan taksiran nilai energi mineral itu disampaikan tim survei Geologi Amerika (USGS) yang telah menyurvei harta karun perut bumi Afganistan itu sejak 2006 lalu.
Peneliti AS menyurvei melalui misi udara untuk melihat magnet, gravitasi Afganistan. Survei magnetik menyelidiki mineral besi tanah hingga kedalaman 10 Km di bawah permukaan tanah. Sementara survei gravitasi mencoba mengidentifikasi cekungan sedimen penuh yang berpotensi kaya minyak dan gas.
Survei dilaporkan menemukan spektrum cahaya yang dipantulkan dari batu, yang menunjukkan adanya identifikasi unik untuk setiap mineral. Peneliti hanya butuh waktu dua bulan untuk meneliti 70 persen wilayah Afganistan.
Hasil survei tim Amerika ini diverifikasi dengan semua temuan Uni Soviet. Beberapa dekade lalu, Uni Soviet memang menjadi sekutu bagi Afganistan. Hasilnya Afganistan memiliki 60 juta ton tembaga, 2,2 miliar ton biji besi, 1,4 juta ton elemen langka seperti lantanum, cerium dan neodvmium, alumunium, emas, perang, besi, merkuri dan lithium.
Di salah satu provinsi yaitu Helmand, itu saja ditemukan kandungan karbonat Khanneshin senilai US$89 miliar.
"Afganistan adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya mineral. Kami telah mengidentifikasi potensi setidaknya deposit mineral 24 kelas dunia," ujar Jack Medlin, seorang ahli geologi dan manajer program proyek USGS Afghanistan.
Pada 2010, data USGS itu menarik perhatian Gugus Tugas Bisnis dan Operasi Stabilitas Departemen Pertanahan AS (TFBSO). Taksiran lembaga pertahanan itu, Afganistan memiliki nilai sumber daya mineral US$908 miliar, sementara prakiraaan Pemerintah Afganistan nilai mencapai US$3 triliun.
Selanjutnya dalam 4 tahun terakhir, USGS dan TFBSO memulai penilaian lanjut atas kandungan mineral. Untuk kali ini penelitian dilakukan langsung di daratan, bukan dari udara.
Sejauh ini diketahui, Pemerintah Afganistan telah menandatangani kontrak 30 tahun dengan perusahaan pertambangan negara milik Tiongkok, China Metallurgical Group. BUMN Tiongkok itu mengeksploitasi cadangan tembaga di kawasan Mes Aynak.
Dengan kekayaan itu, Said Mirzad, Koordinator program USGS Afganistan mengatakan, sebenarnya Afganistan bisa keluar dari predikat negara miskin dan bisa digunakan untuk memerangi kejahatan dan terorisme.
Meski memiliki nilai pertambangan yang menggiurkan, tapi tak mudah untuk menambang di negeri Timur tengah itu. Faktor keamanan menjadi salah satu pertimbangan utama. Sebagaimana diketahui, usai perang Taliban dengan AS pada 2003 lalu, situasi politik Afganistan tak menentu. Masih sering terjadi konflik sosial.
Tantangan lainnya kurangnya infrastruktur akses ke pertambangan misalnya rel kereta, jalan dan air.
Sumber: VIVA.co.id
0 komentar:
Post a Comment