Saat ini untuk menjadi pemimpin sebuah negara, menjadi rebutan. Bukan tanpa sebab, fasilitas mewah akan dinikmati seorang pemimpin. Mulai dari rumah, kendaraan hingga kesehatan akan terjamin dengan baik.
Tapi menjadi pemimpin yang rendah hati, bahkan tidak menggunakan fasilitas negara yang super mewah, hampir jarang kita temui. Tapi bagi Jose Mujica, mejadi pemimpin sebuah negara, bukanlah soal fasilitas mewah dan kekayaan.
José Mujica yang terpilih di tahun 2009 dan masih menjabat sebagai presiden Uruguay, hampir tidak pernah menggunakan fasilitas negara yang mewah. Bahkan ia menyumbangkan sekitar 90 persen gajinya untuk organisasi rumah berpenghasilan rendah.
Ia menggambarkan dirinya sebagai "petani rendah hati", bukan tanpa sebab ia melakukan itu semua. Selama bertahun-tahun, ia menghabiskan 13 tahun hidupnya di sebuah penjara di bawah kediktatoran militer Uruguay saat itu. Bahkania bisa mendengar saat semut berbisik di telinganya, atau mendengar suara kodok di malam hari.
Kini, ia sedang mengembangkan demokrasi di nagara tersebut, dan ingin semua orang bisa menikmati kebebasan berpendapat. Di usianya yang ke 78 tahun, ia sering menghabiskan waktu duduk di kursi kayunya sambil membaca buku. Selain menjalankan tugas-tugas kenegaraannya.
Sudah selayaknya, setiap pemimpin bisa meniru kerendahan hatinya, bukan sekedar mengejar kursi kekuasaan dan kewenangan atas negara, dengan mengesampingkan rakyatnya. Oleh sebab itu, menjelang Pemilihan Presiden 2014, rakyat Indonesia harus bisa memilih presiden yang bisa mendengar suara rakyatnya. -
Tapi menjadi pemimpin yang rendah hati, bahkan tidak menggunakan fasilitas negara yang super mewah, hampir jarang kita temui. Tapi bagi Jose Mujica, mejadi pemimpin sebuah negara, bukanlah soal fasilitas mewah dan kekayaan.
José Mujica yang terpilih di tahun 2009 dan masih menjabat sebagai presiden Uruguay, hampir tidak pernah menggunakan fasilitas negara yang mewah. Bahkan ia menyumbangkan sekitar 90 persen gajinya untuk organisasi rumah berpenghasilan rendah.
Ia menggambarkan dirinya sebagai "petani rendah hati", bukan tanpa sebab ia melakukan itu semua. Selama bertahun-tahun, ia menghabiskan 13 tahun hidupnya di sebuah penjara di bawah kediktatoran militer Uruguay saat itu. Bahkania bisa mendengar saat semut berbisik di telinganya, atau mendengar suara kodok di malam hari.
Kini, ia sedang mengembangkan demokrasi di nagara tersebut, dan ingin semua orang bisa menikmati kebebasan berpendapat. Di usianya yang ke 78 tahun, ia sering menghabiskan waktu duduk di kursi kayunya sambil membaca buku. Selain menjalankan tugas-tugas kenegaraannya.
Sudah selayaknya, setiap pemimpin bisa meniru kerendahan hatinya, bukan sekedar mengejar kursi kekuasaan dan kewenangan atas negara, dengan mengesampingkan rakyatnya. Oleh sebab itu, menjelang Pemilihan Presiden 2014, rakyat Indonesia harus bisa memilih presiden yang bisa mendengar suara rakyatnya. -
Sumber: http://exspresiku.blogspot.com/2014/06/jose-mujica-pemimpin-rendah-hati-dan.html
0 komentar:
Post a Comment