Pada kala revolusi, pangkalan bun jadi salah satu tempat strategis yang cukup diperhatikan oleh pemerintah pusat yang berkedudukan di yogyakarta. di tempat inilah buat pertamakalinya angkatan udara republik indonesia ( AURI ) menerjunkan pasukannya.
Penerjunan pasukan auri itu tidak lepas dari keinginan gubernur kalimantan selatan, ir. muhammad noor, yang berharap terhadap pemerintah pusat biar didirikan sesuatu stasiun radio yang dapat jadi medium komunikasi pada pemerintahan di kalimantan dengan pemerintah pusat di yogyakarta.
Buat menindaklanjuti keinginan itu, kepala staf angkatan udara, marsekal surjadarma, membentuk staf pribadi buat mmersiapkan tim yang akan melaksanakan penerjunan. calon para penerjun yang berjumlah 13 orang itu rata-rata para pemuda kalimantan sendiri dan ada di bawah pimpinan mayor tjilik riwut yang kelak jadi gubernur kalimantan sedang.
Dengan waktu kursus dan persiapan cuma satu minggu, 13 penerjun itu diterbangkan menuju pangkalan bun mengunakan pesawat c 4/dakota ri-002 pada 17 oktober 1947. biarpun tidak ada satu pun yang berhasil mendarat dengan mulus, akan tetapi 13 penerjun itu berhasil turun dengan selamat dan dengan secepatnya meneruskan perjalanan buat memulai operasi gerilya. di dalam perjalanan itulah, tiga orang diantara mereka tewas di dalam sesuatu penyergapan tiba-tiba yang ditunaikan pasukan KNIL.
Tempat pendaratan 13 orang penerjuan payung itu kini jadikan jadi monumen palagan yang kini dapat disaksikan di dekat bundaran tugu pancasila yang jadi titik pusat kota pangkalan bun. tidak cuma itu, titimangsa 17 oktober 1947 itu juga jadikan jadi hari jadi pasukan ( paskhas ) khas angkatan udara.
Oleh pemerintah pusat, pangkalan bun pada kala itu jadi ibukota dari area swapraja kotawaringin, layaknya juga area kekuasaan kesultanan kutai kertanegara di kalimantan timur. baru pada 1959, layaknya juga nasib area swapraja kutai kertanegara, kotawaringin diberi status jadi area tingkat ii dengan nama kabupaten kotawaringin barat. pangkalan bun ditetapkan jadi ibukota kabupaten tersebut.
Sumber: www.forum.viva.co.id
Penerjunan pasukan auri itu tidak lepas dari keinginan gubernur kalimantan selatan, ir. muhammad noor, yang berharap terhadap pemerintah pusat biar didirikan sesuatu stasiun radio yang dapat jadi medium komunikasi pada pemerintahan di kalimantan dengan pemerintah pusat di yogyakarta.
Buat menindaklanjuti keinginan itu, kepala staf angkatan udara, marsekal surjadarma, membentuk staf pribadi buat mmersiapkan tim yang akan melaksanakan penerjunan. calon para penerjun yang berjumlah 13 orang itu rata-rata para pemuda kalimantan sendiri dan ada di bawah pimpinan mayor tjilik riwut yang kelak jadi gubernur kalimantan sedang.
Dengan waktu kursus dan persiapan cuma satu minggu, 13 penerjun itu diterbangkan menuju pangkalan bun mengunakan pesawat c 4/dakota ri-002 pada 17 oktober 1947. biarpun tidak ada satu pun yang berhasil mendarat dengan mulus, akan tetapi 13 penerjun itu berhasil turun dengan selamat dan dengan secepatnya meneruskan perjalanan buat memulai operasi gerilya. di dalam perjalanan itulah, tiga orang diantara mereka tewas di dalam sesuatu penyergapan tiba-tiba yang ditunaikan pasukan KNIL.
Tempat pendaratan 13 orang penerjuan payung itu kini jadikan jadi monumen palagan yang kini dapat disaksikan di dekat bundaran tugu pancasila yang jadi titik pusat kota pangkalan bun. tidak cuma itu, titimangsa 17 oktober 1947 itu juga jadikan jadi hari jadi pasukan ( paskhas ) khas angkatan udara.
Oleh pemerintah pusat, pangkalan bun pada kala itu jadi ibukota dari area swapraja kotawaringin, layaknya juga area kekuasaan kesultanan kutai kertanegara di kalimantan timur. baru pada 1959, layaknya juga nasib area swapraja kutai kertanegara, kotawaringin diberi status jadi area tingkat ii dengan nama kabupaten kotawaringin barat. pangkalan bun ditetapkan jadi ibukota kabupaten tersebut.
Sumber: www.forum.viva.co.id
1 komentar:
senang sekali jika membaca sejarah perjuangan bangsa seperti ini
Post a Comment