LONDON – Susu sapi kloning yang dijual di Inggris bakal diselidiki lebih detail oleh pihak berwenang. Hal itu menyusul pengakuan seorang peternak sapi susu asal Inggris yang menyatakan bahwa dia memproduksi susu sapi kloning seperti dilaporkan The New York Times.
Badan Standar Makanan (FSA) menyatakan, semua produk makanan dan susu yang dihasilkan dari binatang kloning harus mendapatkan izin sebelum dijual ke pasaran. FSA tidak mengizinkan produk susu yang berlabel “novel food”. Lembaga itu pun akan menyelidiki lebih lanjut. FSA mengklaim belum menerima pengajuan produk makanan kloning atau persetujuan mengenai produk tersebut yang telah direkomendasikan oleh lembaga itu.
Lembaga yang menentang produksi makanan dari hewan kloning, RSPCA (The Royal Society for The Prevention of Cruelty to Animals) langsung geram dengan informasi tersebut.Menurut mereka, semua itu berkaitan dengan kesehatan hewan. “Kloning menyebabkan kesakitan yang luar biasa, penderitaan, stres, dan itu semua tidak dapat ditoleransi untuk kepentingan bisnis,” ungkap juru bicara RSPCA.
Menurut RSPCA, makanan dari binatang kloning mungkin dirasakan enak di lidah bagi sebagian kalangan. Tetapi, jika ditelaah lebih lanjut, rasa susu atau daging binatang kloning tidak akan enak jika mengetahui bagaimana hewan itu merasakan penderitaan akibat proses kloning tersebut. RSPCA juga menambahkan bahwa kloning tidak efisien dan jika rutin dilaksanakan bakal berdampak buruk terhadap keberagaman genetik.
Para pakar kesehatan di Eropa belum bisa mengidentifikasi risiko bagi para konsumen yang meminum susu sapi kloning.Namun, beberapa kampanye menyebutkan susu hasil sapi kloning bisa menimbulkan penyakit baru dari hewan ke manusia. Beberapa hasil penelitian juga mengatakan, produk dari hewan kloning bisa menimbulkan kelahiran prematur dan kematian dini.
Sedangkan Brendan Curran, seorang pakar genetik dari Univeritas Queen Mary di London,mengatakan bahwa tidak ada penyakit yang diidap oleh hewan kloning. “Binatang yang sehat akan memberikan susu yang sehat,”ujarnya. Dia menambahkan, setelah binatang kloning itu lahir dan menjadi dewasa.“Semuanya berjalan normal,” kata dia. Namun, para pendukung produk hasil hewan kloning mengatakan, daging dari hewan kloning bisa menghasilkan produk jauh lebih besar.
Hewan klonik bahkan lebih tahan penyakit dan menghasilkan susu yang lebih banyak. Tapi, jajak pendapat yang pernah digelar oleh FSA pada 2008 menyebutkan, para konsumen tidak ingin membeli produk-produk dari hewan kloning. Bulan lalu anggota parlemen menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang akan melarang daging kloning dan produk hewan lainnya di dalam suplai makanan Eropa. (Koran SI/Koran SI/Koran SI/andika hm/okezone.com)
Badan Standar Makanan (FSA) menyatakan, semua produk makanan dan susu yang dihasilkan dari binatang kloning harus mendapatkan izin sebelum dijual ke pasaran. FSA tidak mengizinkan produk susu yang berlabel “novel food”.
Lembaga yang menentang produksi makanan dari hewan kloning, RSPCA (The Royal Society for The Prevention of Cruelty to Animals) langsung geram dengan informasi tersebut.
Menurut RSPCA, makanan dari binatang kloning mungkin dirasakan enak di lidah bagi sebagian kalangan. Tetapi, jika ditelaah lebih lanjut, rasa susu atau daging binatang kloning tidak akan enak jika mengetahui bagaimana hewan itu merasakan penderitaan akibat proses kloning tersebut. RSPCA juga menambahkan bahwa kloning tidak efisien dan jika rutin dilaksanakan bakal berdampak buruk terhadap keberagaman genetik.
Para pakar kesehatan di Eropa belum bisa mengidentifikasi risiko bagi para konsumen yang meminum susu sapi kloning.Namun, beberapa kampanye menyebutkan susu hasil sapi kloning bisa menimbulkan penyakit baru dari hewan ke manusia.
Sedangkan Brendan Curran, seorang pakar genetik dari Univeritas Queen Mary di London,mengatakan bahwa tidak ada penyakit yang diidap oleh hewan kloning. “Binatang yang sehat akan memberikan susu yang sehat,”ujarnya.
Hewan klonik bahkan lebih tahan penyakit dan menghasilkan susu yang lebih banyak. Tapi, jajak pendapat yang pernah digelar oleh FSA pada 2008 menyebutkan, para konsumen tidak ingin membeli produk-produk dari hewan kloning.
0 komentar:
Post a Comment